Senin, 09 September 2013

MENJELAJAH POTENSI WISATA KABUPATEN PARIGI MOOUTONG




TUGU KHATULISTIWA, POTENSI WISATA YANG TERABAIKAN 
 
Tugu Garis Lintang Khatulistiwa
Kabupaten Parigi Moutong adalah salah satu daerah di Sulawesi Tengah yang tepat berada di pesisir Teluk Tomini, juga memiliki wilayah terluas di Teluk Tomini dengan posisi di Garis Khatulistiwa. Garis Khatulistiwa itu tepatnya berada di Desa Sinei, Kecamatan Tinombo Selatan. Desa ini sendiri sudah dimekarkan pada tahun 2008 silam dan diberi nama menjadi Desa Khatulistiwa. Sayangnya, tugu khatulistiwa yang ada di desa ini tidak terawat dengan baik dan terkesan terabaikan.
“Dulu pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten sudah meninjau lokasi ini dan akan direncanakan, untuk ditata dan dibangun gedung, sebagai tanda pusat wisata dunia,” kata tokoh masyarakat Desa Khatulistiwa, Masruhin.
Berdasarkan penuturannya, tugu Khatulistiwa dibangun pada tahun 1992 oleh Disbupdar, saat kegiatan Latihan Integrasi Taruna Dewasa (Latsitarda) Nusantara XIII. Namun koordinat tugu khatulistiwa ini sebenarnya melenceng sejauh 60 m lebih ke utara dari lokasi garis khatulistiwa yang sebenarnya, tugu tersebut berada di tengah persimpangan jalur jalan Trans Sulawesi, di Desa Khatulistiwa Kecamatan Tinombo Selatan dengan jarak ± 105 dari kota Parigi Moutong (Ibukota Kabupaten).
Keberadaan tugu Khatulistiwa merupakan potensi wisata dunia, yang ada di Sulawesi Tengah yang berada di Kabupaten Parigi Moutong, tepatnya di Desa Khatulistiwa, Kecamatan Tinombo Selatan. Sebab jauh sebelumnya, keberadaan tugu tersebut sudah banyak di kunjungi para wisatawan dari mancanegara.
“Desa kami ini sudah banyak di datangi turis, dengan tujuan mau melihat dan menyaksikan secara langsung tugu pusat dunia itu,” kata Masruhin.
Akan tetapi Masruhin sangat menyayangkan, kedatangan para turis tersebut hanya menggunakan kendaraan operasional, milik pariwisata Pemerintah Makassar, bukan milik Pemerintah Provinsi Sulteng ataupun Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong.
Kata dia, kedatangan wisatawan asing itu bukan hanya sekadar melihat langsung keberadaan tugu itu. Tetapi mereka juga bertujuan melakukan survei dan analisis, untuk menguji kebenaran dan posisi garis khatulistiwa di desa itu.
Yang lebih menyedihkan lagi, selain tugu yang tidak terawat, Pemerintah Desa (Pemdes) setempat juga tidak memiliki kantor desa sebagai menjadi pusat aktifitas pelayanan kepada masyarakat.

WISATA PULAU KELELAWAR TERLUPAKAN 

Setelah dari Desa Khatulistiwa, tim ekspedisi Media Alkhairaat melanjutkan perjalanan, menuju potensi wisata lainnya di Kabupaten Parigi Moutong, yakni keberadaan pulau kelelawar. Pulau itu berada di Desa Tomoli Kecamatan Toribulu, masyarakat setempat menamakan tempat itu sebagai pulau kelelawar, karena di pulau tersebut ribuan jumlah kelelawar yang hidup bergelantungan di pepohonan yang ada di pulau itu.
“Banyak sekali kelelawar yang hidup disana, makanya orang tua terdahulu di Desa kami ini, menamakan sebabagai pulau kelelawar,” kata warga Desa Tomoli yang berdomisili di pesisir pantai, Mama Gita.
Kelelawar yang berada di Pulau tersebut, terdiri dari bebeparapa jenis dengan bentuk tubuh, warna kulit, maupun ukuran badanya. Saat ini baru sekitar tiga jenis kelelawar yang bisa dibedakan, seperti dari warna kulitnya yang berwarna merah, hitam dan kuning. Yang lebih menarik lagi, kumpulan kelelawar itu menyatu tanpa terpisahkan, walaupun jenis mereka berbeda satu sama lainnya.
Mama Gita menuturkan, pulau kelelawar itu menjadi kebanggan warga setempat, sehingga pulau itu dijaga kelestariannya dan setiap hari besar kenegaraan ataupun Keagamaan, masyarakat setempat bersama Pemerintah Desa, selalu merayakannya di Pulau itu. Bahkan kata dia, tidak sedikit juga masyarakat yang menggelar resepsi pernihan anak mereka di pulau itu.
“Kelelawar tersebut akan terlihat menjelang Maghrib atau malam hari untuk mencari makan, aktifitas kelelawar itu akan ditandai dengan mengeluarkan suara melengking dari ketinggian,” katanya.
Selain itu juga keindahan pesisir laut, terasa menghanyutkan pengunjungnya, seakan tidak ingin meninggalkan desa dan pulau itu. Keindahan pesisir laut itu, sangat menjanjikan keindahan alam bawah laut.  Pulau kelelawar terdapat di teluk tomini yang berjarak kurang lebih 60 Kilometer dari ibukota Kabupaten, dengan waktu tempuh sekitar tiga jam.
Sementara dari pesisir pantai ke pulau kelelawar, dapat di tempuh dengan menggunakan perahu mesin yang di sewakan oleh masyarakat setempat, dengan tarif yang terjangkau murah sekitar Rp10 ribu. Mama Gita menyayangkan, pulau itu pun tidak diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Seharusnya Pemkab memprogramkan penanaman pohon kembali, untuk program peremajaan pepohonan yang ada.

WISATA TEBING LIKUNGGAVALI 

Tebing Likunggavali

Selanjutnya potensi wisata Tebing Likunggavali, yang terletak di Desa Marantale, Kecamatan Siniu. Potensi yang disajikan panorama wisata tebing likunggavali, dapat memberi kesan tersendiri bagi pengunjungnya. Karena alam pegunungan dengan tebing menjulang kelangit, dan disuguhkan angin segar pegunungan tanpa khawatir tercemar oleh asap dan zat kimian yang dapat membunuh manusia.
Pengunjung yang sering mendatangi wisata tebing likunggavali adalah  para pencinta alam, yang gemar memanjat tebing, untuk kepuasan hobi mereka dalam berpetualang. Tebing likunggavali merupakan bentukan alam tanpa adanya rekayasa, ketinggiannyapun akan terasa sulit untuk di lewati. Di lokasi wisata tersebut, juga terdapat panorama yang indah untuk bersantai dengan keluarga, sebab air terjun disekitar tebing likunggavali akan memanjakan mata, kemudian pemandangan laut lepas dari puncak tebing tersebut, memberi nilai tarik bagi semua pengunjung untuk mencapai puncak tebing.
Kabupaten Parigi Moutong, terletak dibagian timur dari Kota Palu, perjalanan menuju Kabupaten Parigi akan memberikan ponarama yang indah disepanjang jalan trans Sulawesi di daerah kebun kopi. Jalur perjalanannya pun akan terasa mengesankan, bagi pengguna jalan raya yang menyukai kendaraan sepeda motor, sebab jalur tempuh yang tidak mudah. Karena jumlah tikungan yang mengalahkan tikungan arena balapan motor GP.  (Koran Harian Umum Media Alkhairaat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar