Ku dapati Kota ini penuh debu dan bebatuan krikil yang tajam, menusuk
jantungku hingga mata ini terbuka lebar tajam memandang ke arah langit
yg tak bertiang itu.
Kota yang lugu, selugu Kampung yang
kutinggalkan, Kota yang lucu, ramai dan ramah, membuatku terkesan akan
lingkungannya yang nan hijau.
Kota yangt bersahabat, membuatku
redam dalam emosi yang terpendam, jiwa yang berontak, akan kenistaan dan
kemunafikan dunia percintaan.
Sepi hati seakan terisi kembali,
dengan suasana Kota yang bersahabat, jiwa yang kosong seakan terarah
dalam keharmonisan harapan.
Sayang
Cerita Kota bersahabat
itu, 20 tahun yang silam, kini hanya tinggal puing-puing sejarah tak
berbekas, cerita tanpa makna dan arti, harapan yang tak terbukti.
Kota
itu kini dipenuhi orang-orang yang munafik, cerdas dalam memainkan
sandiwara, cerdik dalam cerita sejarah tak bermakna itu, orang-orang itu
adalah mereka yang tak nyata.
Kota itu kini terabaikan, tanpa keikhlasan menghiasinya, tanpa persahabatan menggapainya, tanpa pengorbanan dipeluknya.
Kota
itu kini tak bersahabat lagi, tak lucu lagi, tak lugu lagi, tak indah
lagi, tak hijau lagi, tak bersih lagi, dan................. tak perawan
lagi
bau busuk menusuk jantungku, padangan tertutup rapat dalam
khayalku, menelusuri lorong tak berujung itu, tanpa siapapun dan tanpa
apapun.
Kota itu kini menjadi penghianat dalam ragaku,mencekik, mencabik, melukai hingga tak berwujud.
"Maafkan aku yang tak bisa menyalamatkanmu sahabat, karena jejak cintaku terkurung"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar